Segala
sesuatu yang menyangkut Robin dan Fisa sudah lama tak kuketahui lagi. Robin
sudah mendapat pacar baru, teman sekelasnya saat kelas delapan. Tetapi aku tak
tahu, apakah hubungan mereka masih baik-baik saja?
By the way,
tak terasa sekarang kami sudah kelas sembilan. Ini adalah tahun ketiga atau
tahun terakhir kami belajar di Sekolah Menengah Pertama tercinta ini. Inilah
saat-saat kami untuk bersungguh-sungguh dalam berdoa, belajar, dan bekerja
keras mendapat tujuan kami. LULUS UJIAN NASIONAL, DENGAN NILAI MEMUASKAN. Siapa
yang tak mau?
Hingga
kami duduk di bangku kelas sembilan seperti sekarang, Fisa tetap bersikap
dingin padaku. Padahal kelasnya bersebelahan dengan kelasku, ia tetap bersikap
cuek padaku. Aku sudah bersikap seperti orang sewajarnya. Lalu apa yang harus
aku lakukan? Bukankah ia pernah menulis status facebook “Gak suka orang cuek”? Dia yang lebih dulu cuek. Apakah
dia tidak tahu apa itu intropeksi diri?
Melihat
dia tertawa bersama teman-teman sesama atlet panahan itu membuatku menggali
beberapa masa lalu yang menyangkut Fisa. Semua yang kuceritakan sebelumnya.
Harus kuakui, dahulu aku pernah iri hati padanya. Mungkin hingga sekarang, aku
masih memiliki rasa iri lagi saat aku dihadapkan lagi pada Fisa.
Aku
iri mengetahui bahwa dia termasuk cewek populer di sekolah, dia mempunyai
banyak teman, dia atlet panahan yang berbakat, dan dia cantik dan manis
(seperti kakaknya).
Tetapi
aku sadar bahwa aku lebih beruntung dari dia dalam satu hal. Aku mengenal dan
memiliki lebih banyak teman daripada Fisa, sedangkan dia hanya memilih-milih
teman yang dia suka saja.
Jika
rambutnya diurai, wajahnya terlihat lebih tua (mungkin bisa jadi kau bilang cabe). Rambutnya juga pernah diikat ekor
kuda, tetapi poninya dibiarkan terurai di depan saat rambutnya memiliki belahan
samping. Yang paling mengagetkanku adalah saat ia sering membetulkan poni
bagian kanan dengan jari-jari tangan kanannya. Itu adalah hal yang biasa
dilakukan Sandy dan Sena. Aku juga tahu bahwa mereka berdua memang dekat dengan
Fisa.
Dan
sekarang aku menjadi semakin beruntung. Aku memiliki teman yang tidak
memengaruhi apa pun dariku, sedangkan penampilannya sekarang terpengaruh oleh penampilan
temannya.
Aku
tersenyum sendiri. Sambil melirik lagi ke arah Fisa di bawah.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Hal
yang membuatku sedikit kaget adalah saat dia mengobrol denganku dan teman-teman
yang lain di kelas tambahan LBB beberapa waktu lalu. Apakah dia masih ingat apa
yang pernah kulakukan? Apakah dia merasa bahwa aku sedikit canggung dengannya?
Kini
hubunganku dan Fisa semakin terlihat baik. Kami sering bertegur sapa saat
bertemu. Kadang kami juga mengobrol dengan teman-teman yang lain. Aku pun
merasa tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Semua telah baik-baik saja.
Menjalani kehidupan seperti sediakala.
Itulah
semua yang terjadi padaku, yang kuceritakan padamu. It’s based on true story. Meskipun aku mengurangi bagian-bagian
yang kuanggap tidak perlu diceritakan.
Aku
meminta maaf karena aku menulis ini. Aku telah menulis beberapa hal yang
dilakukan teman-temanku. Aku meminta maaf jika itu menyinggung mereka. Aku juga
tak tega nama mereka akan tercantum dengan jelas di sini. Maka dari itu, semua
nama yang kucantumkan di cerita ini adalah nama samaran, kecuali namaku,
Vincentia Litta Christ Wijayanti.
Akhir
kata, terima kasih telah membaca cerita ini. Terima kasih untuk orang-orang
yang kuceritakan disini, sehingga aku bisa menuliskan tentang mereka. Thank you for everything J.[]
Blogger,
Vincentia
Litta Christ Wijayanti
Tidak ada komentar:
Posting Komentar