Cewek
itu benar-benar membuatku bertanya-tanya. Ia terlihat sedang menulis sesuatu
dan tertawa bersama anak-anak yang lain di lantai bawah. Aku tahu bahwa
anak-anak itu adalah atlet-atlet yang sudah membawa nama baik sekolah ini ke
tingkat nasional, termasuk cewek itu. Bila dilihat, tak ada yang salah dengan
dirinya. Ia punya bakat sebagai atlet, cantik, dan punya banyak teman. Tetapi
bila dilihat jauh lebih dalam, aku tahu bahwa cewek itu pernah memiliki masalah
dengan banyak teman, dan aku mengira aku terlibat di dalamnya secara tidak
langsung.
Dua
hari sebelumnya, aku bertemu dengannya di lembaga bimbingan belajar. Aku baru
tahu saat itu bahwa dia ikut bimbel di sana. Untung saja aku berbeda jadwal
bimbel dengannya. Waktu itu aku sedang menanyakan kwitansi pembayaran yang
penulisannya salah kepada kakak resepsionis LBB. Dan saat aku keluar ruangan,
aku melihat dia bersama temannya yang dulu satu kelas dengannya di kelas
delapan dan anak-anak yang lain. Aku secara spontan tersenyum dan menyapa cewek
itu dan teman akrabnya. Hanya satu kata saja. “Hai”, begitu aku menyapa. Tak
ada respon sama sekali dari mereka berdua. Hanya anak-anak lain yang kukenal
yang membalas dengan tersenyum padaku. Dari situ aku sadar bahwa aku juga
pernah secara tidak langsung membuat masalah
pada teman akrab cewek itu.
PART #1
PART #1
Kejadian
awal bermula di kelas tujuh, saat teman
sekelasku yang bernama Doni menyukai cewek itu yang anggap saja namanya Fisa,
yang berasal dari kelas lain. Doni selalu bercerita padaku bahwa Fisa itu
cantik, atlet yang hebat, dan blab bla bla. Bahkan ia juga sering menyebutkan
nama Fisa secara frontal di social media. Waktu demi waktu, Fisa tahu bahwa
Doni menyukainya. Tetapi sepertinya dirinya juga sebal dengan kelakuan Doni
yang menurutnya terlalu berlebihan. Tak tahu bagaimana asal-usulnya, Fisa
lama-kelamaan malah dekat dengan salah satu teman Doni, Robin.
Semakin
Fisa dekat dengan Robin, semakin renggang pertemanan antara Doni dan Robin.
Fisa sering sms-an dengan Robin. Bahkan Doni sudah tahu hubungan di antara Fisa
dan Robin. Beberapa waktu kemudian, Doni sudah tidak peduli tentang Fisa lagi.
Ia mulai menyukai cewek lain yang rupanya sahabatku sejak sebelum masuk TK. Dia
memintaku untuk membantunya berbicara dengan sahabatku itu. Aku jadi penengah,
begitulah bahasanya. Jadi, mereka berbicara secara tidak langsung, tetapi
dengan perantaraku. Dan aku tak menceritakannya lebih jauh di sini karena aku tak
enak rasa dengannya dan tentunya dengan sahabatku.
Kabar
mengejutkan datang dari teman-temanku. Mereka mengatakan bahwa Fisa dan Robin
telah menjalin suatu status yang kalau anak sekolahan mengatakan TTM (Teman
Tapi Mesra). Sejujurnya aku juga tak tahu sejauh apa hubungan mereka atau
mereka memang telah berpacaran, aku selalu mendengar beritanya dari
teman-temanku yang rupanya tidak menyukai Fisa.
Mereka
mengatakan bahwa Fisa itu minisize,
sindiran untuk anak yang ukuran tubuhnya terlihat pendek. Rupanya Robin tak
senang dengan hal itu. Robin protes dengan Agni, teman curhatnya yang juga
mengatakan Fisa minisize. Mereka
merang sering saling curhat saat itu. Tetapi Agni juga sebal pada Robin karena
bukan Agni yang membuat julukan itu, tetapi teman-teman yang lain.
Sebelumnya,
di bulan Januari pada kegiatan Pramuka aku pernah satu kelompok dengan Fisa.
Awalnya kukira dia biasa saja, tetapi ternyata memang menyebalkan. Kegiatan
pramuka itu dibagi menjadi beberapa games,
di antaranya morse, semaphore, cerdas-cermat, tali-temali, balap karung,
estafet tepung, tusuk balon, dan mencari harta karun. Aku sangat ingin
mengikuti cerdas-cermat karena aku yakin aku bisa melakukannya. Ternyata dia
dan salah satu temannya yang ngotot mengikutinya. Aku benar-benar sangat ingin
memprotesnya saat itu juga, tetapi apa daya, ketua reguku juga orang yang dekat
dengan Fisa. Jadi aku juga tak bisa melakukannya begitu saja.
Kau
tau apa peranku? Jawabannya sangat memalukan. Aku ditugaskan untuk bermain
tusuk balon, estafet tepung, dan tali-temali. Aku sungguh menolak bermain tusuk
balon karena aku trauma bahwa bibirku pernah luka karena kecelakaan yang kecil,
tetapi lukannya sangat lama untuk sembuh.
Untuk
tali-temali aku tak mau sebenarnya, tetapi ketua reguku memaksaku dan aku
lagi-lagi mematuhinya. Menjadi anggota regu kadang memang menyebalkan. Aku tak
tahu-menahu soal tali-menali. Belajar di buku saku pramuka, mendengarkan arahan
dari ketua regu dan kakak pendamping juga membuatku sama sekali tak paham.
Setidaknya aku tahu bentuknya meski tak paham caranya. Kulakukan semampuku
saja, dan hasilnya… Setengah jam waktu untuk tali-temali dan hasil tali-temali
dari kelompokku bila disenggol sedikit saja sudah ambruk. Sungguh memalukan.
Estafet
tepung. Yang ini aku masih mau melakukannya. Yang ini butuh tiga orang dari
masing-masing regu, yaitu aku, Fisa, dan temanku yang lain. Aku di depan,
temanku itu di tengah, dan Fisa di belakang. Masing-masing peserta yang di
sepan bertugas untuk mengambil tepung dari ember dengan telapak tangan lalu
dioper ke teman belakangnya dengan tangan di atas kepala tanpa dioper lewat
samping. Aku dan temanku itu berusaha sportif, walaupun seragam olahraga kami
kotor terkena tepung. Tetapi Fisa mengoper ke piring di belakangnya dengan
mengoper lewat samping. Walaupun hasilnya tak seberapa banyak, tetap saja dia
berbuat curang. Dan anehnya, dia mengakuinya secara frontal di depan
teman-teman seregunya, termasuk aku. Dasar tak punya malu!
Aku
sungguh-sungguh kecewa dengan hasil cerdas-cermat yang dilakukan Fisa dan
temannya. Bagaimana bisa mereka tak tahu nama depanku? Nama depanku Vincentia,
Litta hanya nama tengahku. Tetapi mereka malah menulisnya “Litta” padahal
perintahnya adalah menuliskan nama depan teman seregu, dan hanya aku yang nama
depannya ditulis salah seperti itu. Alasannya adalah karena mereka tak tahu.
Itu alasan yang kurang logis. Mereka selalu bertemu aku di ruang karawitan
karena pelajaran karawitan kelas kami berdua dibuat satu kelas. Mereka juga
seregu denganku. Apakah mereka tak membaca namaku yang sudah terpampang di
seragamku? Bagaimana bisa mereka juga tak tahu siapa pemeran Hermione Granger
dalam film Harry Potter? Seluruh dunia tahu bahwa dia Emma Watson. Mereka juga
mengaku bahwa mereka mengintip sedikit jawaban dari regu yang duduk di
sebelahnya, karena cerdas-cermat ini berbentuk tulisan bukan secara langsung.
Dasar bocah-bocah bodoh!
Aku
sudah tahu dari awal kalau reguku takkan bisa menjadi juara di kegiatan ini.
Meskipun aku tak mengharapkan banyak, aku hanya ingin meraih hakku saja. Andai
saja Fisa masih bisa bertoleransi padaku, memberiku kesempatan, dan bersikap
sportif. Aku tak akan mengalami sekecewa ini padanya, juga pada reguku
sendiri.[]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar