Selasa, 21 Oktober 2014

THE MISTERIOUS GIRL

EPILOGUE



Segala sesuatu yang menyangkut Robin dan Fisa sudah lama tak kuketahui lagi. Robin sudah mendapat pacar baru, teman sekelasnya saat kelas delapan. Tetapi aku tak tahu, apakah hubungan mereka masih baik-baik saja?
By the way, tak terasa sekarang kami sudah kelas sembilan. Ini adalah tahun ketiga atau tahun terakhir kami belajar di Sekolah Menengah Pertama tercinta ini. Inilah saat-saat kami untuk bersungguh-sungguh dalam berdoa, belajar, dan bekerja keras mendapat tujuan kami. LULUS UJIAN NASIONAL, DENGAN NILAI MEMUASKAN. Siapa yang tak mau?
Hingga kami duduk di bangku kelas sembilan seperti sekarang, Fisa tetap bersikap dingin padaku. Padahal kelasnya bersebelahan dengan kelasku, ia tetap bersikap cuek padaku. Aku sudah bersikap seperti orang sewajarnya. Lalu apa yang harus aku lakukan? Bukankah ia pernah menulis status facebook “Gak suka orang cuek”? Dia yang lebih dulu cuek. Apakah dia tidak tahu apa itu intropeksi diri?
Melihat dia tertawa bersama teman-teman sesama atlet panahan itu membuatku menggali beberapa masa lalu yang menyangkut Fisa. Semua yang kuceritakan sebelumnya. Harus kuakui, dahulu aku pernah iri hati padanya. Mungkin hingga sekarang, aku masih memiliki rasa iri lagi saat aku dihadapkan lagi pada Fisa.
Aku iri mengetahui bahwa dia termasuk cewek populer di sekolah, dia mempunyai banyak teman, dia atlet panahan yang berbakat, dan dia cantik dan manis (seperti kakaknya).
Tetapi aku sadar bahwa aku lebih beruntung dari dia dalam satu hal. Aku mengenal dan memiliki lebih banyak teman daripada Fisa, sedangkan dia hanya memilih-milih teman yang dia suka saja.
Jika rambutnya diurai, wajahnya terlihat lebih tua (mungkin bisa jadi kau bilang cabe). Rambutnya juga pernah diikat ekor kuda, tetapi poninya dibiarkan terurai di depan saat rambutnya memiliki belahan samping. Yang paling mengagetkanku adalah saat ia sering membetulkan poni bagian kanan dengan jari-jari tangan kanannya. Itu adalah hal yang biasa dilakukan Sandy dan Sena. Aku juga tahu bahwa mereka berdua memang dekat dengan Fisa.
Dan sekarang aku menjadi semakin beruntung. Aku memiliki teman yang tidak memengaruhi apa pun dariku, sedangkan penampilannya sekarang terpengaruh oleh penampilan temannya.
Aku tersenyum sendiri. Sambil melirik lagi ke arah Fisa di bawah.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Hal yang membuatku sedikit kaget adalah saat dia mengobrol denganku dan teman-teman yang lain di kelas tambahan LBB beberapa waktu lalu. Apakah dia masih ingat apa yang pernah kulakukan? Apakah dia merasa bahwa aku sedikit canggung dengannya?
Kini hubunganku dan Fisa semakin terlihat baik. Kami sering bertegur sapa saat bertemu. Kadang kami juga mengobrol dengan teman-teman yang lain. Aku pun merasa tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Semua telah baik-baik saja. Menjalani kehidupan seperti sediakala.
Itulah semua yang terjadi padaku, yang kuceritakan padamu. It’s based on true story. Meskipun aku mengurangi bagian-bagian yang kuanggap tidak perlu diceritakan.
Aku meminta maaf karena aku menulis ini. Aku telah menulis beberapa hal yang dilakukan teman-temanku. Aku meminta maaf jika itu menyinggung mereka. Aku juga tak tega nama mereka akan tercantum dengan jelas di sini. Maka dari itu, semua nama yang kucantumkan di cerita ini adalah nama samaran, kecuali namaku, Vincentia Litta Christ Wijayanti.
Akhir kata, terima kasih telah membaca cerita ini. Terima kasih untuk orang-orang yang kuceritakan disini, sehingga aku bisa menuliskan tentang mereka. Thank you for everything J.[]

Blogger,
Vincentia Litta Christ Wijayanti