Kamis, 21 Agustus 2014

THE MISTERIOUS GIRL

PROLOGUE

Cewek itu benar-benar membuatku bertanya-tanya. Ia terlihat sedang menulis sesuatu dan tertawa bersama anak-anak yang lain di lantai bawah. Aku tahu bahwa anak-anak itu adalah atlet-atlet yang sudah membawa nama baik sekolah ini ke tingkat nasional, termasuk cewek itu. Bila dilihat, tak ada yang salah dengan dirinya. Ia punya bakat sebagai atlet, cantik, dan punya banyak teman. Tetapi bila dilihat jauh lebih dalam, aku tahu bahwa cewek itu pernah memiliki masalah dengan banyak teman, dan aku mengira aku terlibat di dalamnya secara tidak langsung.
Dua hari sebelumnya, aku bertemu dengannya di lembaga bimbingan belajar. Aku baru tahu saat itu bahwa dia ikut bimbel di sana. Untung saja aku berbeda jadwal bimbel dengannya. Waktu itu aku sedang menanyakan kwitansi pembayaran yang penulisannya salah kepada kakak resepsionis LBB. Dan saat aku keluar ruangan, aku melihat dia bersama temannya yang dulu satu kelas dengannya di kelas delapan dan anak-anak yang lain. Aku secara spontan tersenyum dan menyapa cewek itu dan teman akrabnya. Hanya satu kata saja. “Hai”, begitu aku menyapa. Tak ada respon sama sekali dari mereka berdua. Hanya anak-anak lain yang kukenal yang membalas dengan tersenyum padaku. Dari situ aku sadar bahwa aku juga pernah secara tidak langsung membuat masalah pada teman akrab cewek itu.


PART #1
Kejadian awal  bermula di kelas tujuh, saat teman sekelasku yang bernama Doni menyukai cewek itu yang anggap saja namanya Fisa, yang berasal dari kelas lain. Doni selalu bercerita padaku bahwa Fisa itu cantik, atlet yang hebat, dan blab bla bla. Bahkan ia juga sering menyebutkan nama Fisa secara frontal di social media. Waktu demi waktu, Fisa tahu bahwa Doni menyukainya. Tetapi sepertinya dirinya juga sebal dengan kelakuan Doni yang menurutnya terlalu berlebihan. Tak tahu bagaimana asal-usulnya, Fisa lama-kelamaan malah dekat dengan salah satu teman Doni, Robin.
Semakin Fisa dekat dengan Robin, semakin renggang pertemanan antara Doni dan Robin. Fisa sering sms-an dengan Robin. Bahkan Doni sudah tahu hubungan di antara Fisa dan Robin. Beberapa waktu kemudian, Doni sudah tidak peduli tentang Fisa lagi. Ia mulai menyukai cewek lain yang rupanya sahabatku sejak sebelum masuk TK. Dia memintaku untuk membantunya berbicara dengan sahabatku itu. Aku jadi penengah, begitulah bahasanya. Jadi, mereka berbicara secara tidak langsung, tetapi dengan perantaraku. Dan aku tak menceritakannya lebih jauh di sini karena aku tak enak rasa dengannya dan tentunya dengan sahabatku.
Kabar mengejutkan datang dari teman-temanku. Mereka mengatakan bahwa Fisa dan Robin telah menjalin suatu status yang kalau anak sekolahan mengatakan TTM (Teman Tapi Mesra). Sejujurnya aku juga tak tahu sejauh apa hubungan mereka atau mereka memang telah berpacaran, aku selalu mendengar beritanya dari teman-temanku yang rupanya tidak menyukai Fisa.
Mereka mengatakan bahwa Fisa itu minisize, sindiran untuk anak yang ukuran tubuhnya terlihat pendek. Rupanya Robin tak senang dengan hal itu. Robin protes dengan Agni, teman curhatnya yang juga mengatakan Fisa minisize. Mereka merang sering saling curhat saat itu. Tetapi Agni juga sebal pada Robin karena bukan Agni yang membuat julukan itu, tetapi teman-teman yang lain.
Sebelumnya, di bulan Januari pada kegiatan Pramuka aku pernah satu kelompok dengan Fisa. Awalnya kukira dia biasa saja, tetapi ternyata memang menyebalkan. Kegiatan pramuka itu dibagi menjadi beberapa games, di antaranya morse, semaphore, cerdas-cermat, tali-temali, balap karung, estafet tepung, tusuk balon, dan mencari harta karun. Aku sangat ingin mengikuti cerdas-cermat karena aku yakin aku bisa melakukannya. Ternyata dia dan salah satu temannya yang ngotot mengikutinya. Aku benar-benar sangat ingin memprotesnya saat itu juga, tetapi apa daya, ketua reguku juga orang yang dekat dengan Fisa. Jadi aku juga tak bisa melakukannya begitu saja.
Kau tau apa peranku? Jawabannya sangat memalukan. Aku ditugaskan untuk bermain tusuk balon, estafet tepung, dan tali-temali. Aku sungguh menolak bermain tusuk balon karena aku trauma bahwa bibirku pernah luka karena kecelakaan yang kecil, tetapi lukannya sangat lama untuk sembuh.
Untuk tali-temali aku tak mau sebenarnya, tetapi ketua reguku memaksaku dan aku lagi-lagi mematuhinya. Menjadi anggota regu kadang memang menyebalkan. Aku tak tahu-menahu soal tali-menali. Belajar di buku saku pramuka, mendengarkan arahan dari ketua regu dan kakak pendamping juga membuatku sama sekali tak paham. Setidaknya aku tahu bentuknya meski tak paham caranya. Kulakukan semampuku saja, dan hasilnya… Setengah jam waktu untuk tali-temali dan hasil tali-temali dari kelompokku bila disenggol sedikit saja sudah ambruk. Sungguh memalukan.
Estafet tepung. Yang ini aku masih mau melakukannya. Yang ini butuh tiga orang dari masing-masing regu, yaitu aku, Fisa, dan temanku yang lain. Aku di depan, temanku itu di tengah, dan Fisa di belakang. Masing-masing peserta yang di sepan bertugas untuk mengambil tepung dari ember dengan telapak tangan lalu dioper ke teman belakangnya dengan tangan di atas kepala tanpa dioper lewat samping. Aku dan temanku itu berusaha sportif, walaupun seragam olahraga kami kotor terkena tepung. Tetapi Fisa mengoper ke piring di belakangnya dengan mengoper lewat samping. Walaupun hasilnya tak seberapa banyak, tetap saja dia berbuat curang. Dan anehnya, dia mengakuinya secara frontal di depan teman-teman seregunya, termasuk aku. Dasar tak punya malu!
Aku sungguh-sungguh kecewa dengan hasil cerdas-cermat yang dilakukan Fisa dan temannya. Bagaimana bisa mereka tak tahu nama depanku? Nama depanku Vincentia, Litta hanya nama tengahku. Tetapi mereka malah menulisnya “Litta” padahal perintahnya adalah menuliskan nama depan teman seregu, dan hanya aku yang nama depannya ditulis salah seperti itu. Alasannya adalah karena mereka tak tahu. Itu alasan yang kurang logis. Mereka selalu bertemu aku di ruang karawitan karena pelajaran karawitan kelas kami berdua dibuat satu kelas. Mereka juga seregu denganku. Apakah mereka tak membaca namaku yang sudah terpampang di seragamku? Bagaimana bisa mereka juga tak tahu siapa pemeran Hermione Granger dalam film Harry Potter? Seluruh dunia tahu bahwa dia Emma Watson. Mereka juga mengaku bahwa mereka mengintip sedikit jawaban dari regu yang duduk di sebelahnya, karena cerdas-cermat ini berbentuk tulisan bukan secara langsung. Dasar bocah-bocah bodoh!
Aku sudah tahu dari awal kalau reguku takkan bisa menjadi juara di kegiatan ini. Meskipun aku tak mengharapkan banyak, aku hanya ingin meraih hakku saja. Andai saja Fisa masih bisa bertoleransi padaku, memberiku kesempatan, dan bersikap sportif. Aku tak akan mengalami sekecewa ini padanya, juga pada reguku sendiri.[]